Monday, July 9, 2012

Ada 'Olimpiade' Quidditch Sebelum Olimpiade London


Northfield.org, Flickr

London - Quidditch, yang dipopulerkan oleh kisah seri Harry Potter, ikut "meramaikan" Olimpiade London yang digelar 27 Juli-12 Agustus mendatang. Para praktisi Quidditch itu bahkan berharap di masa depan permainan itu bisa menjadi salah satu cabang olahraga resmi di Olimpiade.

Lima tim dari Australia, Prancis, Inggris Raya, Kanada, dan Amerika Serikat ikut ambil bagian dalam Pesta Olahraga Musim Panas Quidditch yang dilaksanakan selama dua hari di Oxford, Inggris. Di partai puncak, yang digelar hari Senin (9/7/2012) dan bertepatan dengan lewatnya arak-arakan api obor Olimpiade di kawasan Oxford, tim dari Amerika Serikat tampil jadi kampiun.

"Kami pikir akan menyenangkan untuk mendompleng Olimpiade, yang mana dilaksanakan di rumah Harry Potter, sekaligus menunjukkan kepada masyarakat bahwa ini adalah olahraga yang menarik," kata salah satu penggerak olahraga itu, Alex Benepe, kepada Reuters.

Benepe yang pada tahun 2007 lalu ikut mendirikan organisasi nirlaba bernama Asosiasi Internasional Quidditch, tidak menutupi harapan bahwa suatu saat quidditch bisa menjadi cabor resmi di Olimpiade. Apalagi, katanya, saat ini quidditch pun sudah mulai ditekuni para praktisinya dengan lebih serius sehingga memiliki buku aturan sendiri plus ajang Piala Dunia.

"Ada banyak olahraga yang lebih konyol ketimbang quidditch di Olimpiade," lugas Benepe.

Quidditch untuk "muggle"--istilah dalam kisah Harry Potter untuk menyebut orang yang tak memiliki kekuatan sihir--ini kira-kira dapat digambarkan sebagai kombinasi dari rugby dan bola lempar.

Dibeberkan Reuters, setiap tim memiliki tujuh pemain dan menggunakan tiga bola berbeda. Seperti quidditch ala Harry Potter, setiap pemain mesti menyelipkan sebuah sapu di antara kedua kakinya. Bedanya, sapu-sapu ini tentu tidak bisa terbang sehingga para pemainnya mesti berlari-lari dengan sapu di antara kedua kakinya.

Pakem di kisah Harry Potter juga digunakan untuk penyebutan posisi-posisi pemain quidditch, poin, dan pernak-perniknya. Bahkan snitch--dikisahkan sebagai sebuah bola emas bersayap yang amat lincah--pun ada. Bedanya, snitch di dunia nyata ini adalah sebuah bola tenis yang dimasukkan ke sebuah kaus kaki kuning yang diikatkan ke pinggang seorang pelari snitch. Si pelari ini tak termasuk ke dalam tim manapun, tidak perlu berlari dengan sapu di antara kedua kakinya, dan bebas menggunakan cara apapun untuk menghindar dari tangkapan.

Allison Gillette, pemain asal tim AS, menilai quidditch sangat menuntut fisik pemainnya. Namun, di sisi lain juga terselip rasa humor dan kebersamaan yang tidak dimiliki olahraga lain.

"Ini sangat bersifat fisik, tapi berlari dengan sapu di antara kedua kakimu tidaklah mudah," katanya.

Sejumlah penonton disebutkan cukup terpukau dengan kehebohan yang ditimbulkan Gillette dan rekan-rekan praktisi quidditch-nya. Tetapi mereka umumnya tidak yakin benar kalau quidditch akan bisa dipertandingkan di Olimpiade.

"Oke sih, tapi agak aneh," kata Tom Bound (10 tahun) yang merupakan penggemar kisah Harry Potter, dan tinggal di Oxford.

"Aku pikir itu bukan untuk Olimpiade. Mungkin akan lebih bagus lagi kalau sapunya benar-benar bisa terbang," timpal sang ibunda, Emma Bound, berseloroh.







Via: Ada 'Olimpiade' Quidditch Sebelum Olimpiade London

No comments:

Post a Comment